The New Normal: Life and (My) Blog

Assalamualaikum.

Sudah bosan belum mendengar atau membaca the new normal? Belum kali ya karna sepertinya istilah ini masih baru. Ato saya aja yang kurang update? Hehe. Btw, iya ini lagi ngomongin makhluk Allah paling populer saat ini, yang tidak lain dan tidak bukan adalah si kecil tak kasat mata korona. Semenjak pandemi Covid19 ini hadir di Indonesia kemudian diterapkan berbagai kebijakan seperti stay at home, work from home (WFH), dllβ€”yang mana sudah berlangsung sebulan lebihβ€”akhirnya mulai terasa sebuah normal yang baru dalam kehidupan. Ya, ngga? Mulai dari aktivitas (kerja, sekolah, training, dll.) berbasis daring, penggunaan masker kalau keluar rumah, cuci tangan, penerapan etika bersin dan batuk, dan hal-hal lain yang mulai rajin kita kerjakan saat badai korona datang, kini sudah mulai menjadi kebiasaan kita, walaupun awalnya terasa berat. Emang agak shock kali ya, rasanya seperti dipaksa melakukan cara hidup yang baru πŸ˜€

IT Team Online Meeting via Zo0m πŸ˜›

Alhamdulillah saya sendiri sudah mulai terbiasa dengan kondisi ini. (Semoga, wkwk) saya sudah melewati masa-masa denial akan kondisi ini. Di awal-awal WFH, saya sempet sakit yang sampe ga kuat buat kerja. Selama setahun lebih merantau dan kerja, alhamdulillah saya ga pernah sesakit kemarin. Setidaknya masih kuat beraktivitas. Lah dalah seminggu WFH kok malah sakit πŸ˜€ Mungkin karena saya terlalu banyak pikiran tentang takut, khawatir, ditambah merasa terkurung dan tertekan. Don’t get me wrong, meskipun saya seorang introver (YES, saya suka sunyi dan mengumpulkan energi di kamar), tapi dengan adanya “paksaan” untuk ga keluar kalo ga penting itu bikin saya cukup tertekan. Alhasil saya jadi drop. Tapi insya Allah saya sudah mulai menerima kenyataan baru yang berangsur-angsur menjadi the new normal ini. Walaupun masih khawatir bakal gak bisa mudik lebaran sih *tetep* πŸ˜₯

Salah satu cara untuk survive πŸ˜€

Ramadan saat Pandemi

Qadarullah, Ramadan 2020 juga menjadi momen yang terkena dampak pandemi. Di Ramadan kali ini harus dilalui dengan kondisi yang ga memungkinkan buat kita datang ke kajian, salat tarawih bareng, atau buka bersama. Pasar Ramadan di bundaran ITS Surabaya yang biasanya menjelang magrib sudah ramai, sekarang dilarang. Biasanya berburu takjil di masjid-masjid terdekat, sekarang salat aja jauh lebih disarankan untuk ditunaikan di rumah. Masjid-masjid yang rame dengan salat tarawih dan tilawah setelah Isya, sekarang sepi. Belum lagi ajakan buka puasa bersama dari teman semua jenjang/tahap kehidupan, begini kira-kira percakapan yang mungkin terjadi nantinya:

πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Dari semua kejadian ini, jadi membuat saya sadar bahwa begitu banyak nikmat yang sudah Allah kasih ke kita dan kita adalah manusia yang sangat lemah dihadapan-Nya. Sedikit nikmat rasa aman yang Allah cabut, maka manusia-manusia langsung diam di rumah. Sedikit nikmat kerja dengan luwes yang Allah cabut, maka kita harus merasakan kondisi bekerja dari rumah yang cukup banyak distraksi, bahkan beberapa justru kehilangan pekerjaannya. Dan nikmat-nikmat lain yang Allah cabut di masa pandemi ini. Mungkin, kita sendirilah yang membuat nikmat-nikmat itu dicabut. Kita sendiri yang kurang bersyukur, terlalu sibuk dengan urusan dunia hingga lupa dengan-Nya. Seperti kata pepatah yang dibuat sendiri oleh Pencipta kita:

Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.”

(QS. Saba’: 13)

Tapi saya percaya, jika Allah dengan mudahnya mampu membuat kondisi seperti ini, pasti Allah juga dapat dengan mudah membuat semuanya kembali normal. Maha Kuasa Allah, semoga Allah segera melimpahkan kembali nikmat-nikmat itu, aamiin.

Mari menunggu, berdoa, dan berusaha sesuai porsi yang bisa kita lakukan.

New Normal in My Blog

Kalo ini numpang momen aja sih, haha, bener-bener bukan karena pandemi.

Jadi, insya Allah mulai sekarang, saya ga akan menulis ulasan dan rekomendasi film di blog ini. Keputusan ini saya dapat setelah saya belajar soal agama dalam beberapa waktu ke belakang. Sebenarnya saya juga belum merasa jadi orang yang pantas untuk ngomong ini, tapi secara singkat, saya tidak ingin tanpa sadar menambah hal-hal yang gak bisa saya pertanggungjawabkan (di kehidupan setelah ini) dengan menyarankan kepada para pembaca konten film di blog ini, untuk menonton film yang di dalamnya kemungkinan banyak hal-hal yang sebenernya dilarang untuk dilakukan ataupun ditonton.

Sebenarnya susah, saya pun belum 100% ngga nonton film. Saya juga masih nge-drakor dan kadang membagikannya di platform lain cuma untuk menuangkan emosi. Tapi saya ingin menguranginya perlahan-lahan. Semoga dengan tulisan ini menjadi komitmen buat saya sendiri untuk setidaknya, ga merekomendasikan film di blog ini πŸ™‚

Untuk tulisan-tulisan film di blog ini sekarang sudah saya private sehingga ga bisa diakses lagi oleh selain saya (kalo masih ada yang bisa diakses, kabarin ya πŸ˜€ ). Setelah beresin tulisan tersebut, ternyata baru sadar kalo terakhir nulis itu tahun 2018 πŸ˜€ ya ampun sudah skip dua tahun. Sepertinya karena kerjaan juga nulis, yha walaupun yang ditulisnya beda alias coding, jadinya pulang kerja ga pengen nulis lagi, hahaha *alesannya adaaa aja πŸ˜€ Dan karena kebetulan hampir 24/7 di rumah aja, rasanya jadi kangen nulis di blog ini. Yaaah semoga aja kangennya berbuah tulisan ya, πŸ˜› πŸ˜€

Yasudah, hari ini mau nulis segini dulu. Semoga ada manfaat yang bisa diambil, walaupun ga yakin juga tulisan ini bermanfaat, hehe.

Stay healthy, Netijen! Selamat berpuasa buat seluruh umat Islam yang kebetulan mampir di tulisan ini. Dan selamat berlomba menambah pahala di bulan penuh berkah ini πŸ™‚

One thought on “The New Normal: Life and (My) Blog

Leave a comment